Keberadaan Pondok Pesantren Hamalatul Quran (PPHQ) menyita perhatian banyak pihak. Tidak hanya di kalangan umat Islam di Jombang, namun juga se-JawaTimur. Bahkan mungkin se-Indonesia.
PPHQ berlokasi di Desa Jarak Kulon, Kecamatan Jogoroto, Jombang, Jawa Timur. Pondok khusus tahfidz ini didirikan oleh KH Ainul Yaqin. Kiai yang akrab disapa Mbah Yaqin tersebut adalah alumni Madrasatul Qur’an Tebuireng. Dari segi sanad keilmuan, termasuk dalam bidang tahfidz, MbahYaqin memiliki garis yang jelas.
Latar belakang para santri calon hafidz di pesantren ini bervariasi. Mulai siswa SLTA, SLTP, bidan, PNS, sarjana hingga guru. Meski baru berdiri tujuh tahun, sekarang PPHQ memiliki sedikitnya dua ribu santri. Itu belum termasuk yang mukim di beberapa PPHQ cabang.
Ketertarikan banyak orang membincang PPHQ lebih disebabkan metode yang digunakan. Biasanya proses menghapal Al-Qur’an membutuhkan waktu sekitar dua tahun. Di PPHQ, hanya dalam waktu enam bulan. Bahkan kebanyakan hanya dalam waku empat bulan. Subhanallah.
Metode akselerasi yang “kurang umum” ini menarik banyak kalangan. Tidak heran jika santrinya banyak yang dari luar Jawa. Bahkan ada yang dari Singapura. Mulai tahun 2018 kemarin, PPHQ membuka cabang di Ringin Agung Kepung, Kediri. Unit ini khusus untuk santri putri. Pengasuhnya adalah Ustadz Faiq Faizin, lulusan angkatan pertama PPHQ Jombang.
Buku Hafal Al-Qur’an Semudah dan Secepat Ngopi ini menjawab banyak pertanyaan dan penasaran khalayak tentang program tahfidz versi PPHQ. Buku ini ditulis oleh 67 santri berisi kisah dan pengalaman mereka selama menghafal Al-Qur’an di PPHQ. Ini adalah kumpulan tulisan dari para santri generasi awal atau dikenal dengan sebutan assabiqunal awwalun.
Kisah yang ditampilkan bukan sebuah skenario yang dibuat agar menarik untuk dibaca. Akan tetapi, itu semua adalah hasil pengalaman pribadi mereka yang berkesan untuk dapat diceritakan kepada khalayak lewat tulisan. Tentu saja tulisan mereka menggunakan gaya bahasa masing-masing yang khas sebagai seorang santri.
Banyak kisah mereka yang mengharu biru dan inspiratif dalam proses menjadi hafidz dan hafidzah di PPHQ. Kunci sukses tahfidz di PPHQ terletak pada program kegiatan akselerasi yang tidak biasa. Mulai kegiatan ziyadah, murajaah, shalat tahajjud dan shalat dhuha dengan maqra setengah juz, setoran bin nadhar, bil ghaib, dzikrul Quran satu juz hingga fammy bisyauqin. Kegiatan terakhir ini semacam muraqabah untuk membaca lima juz sekali duduk dengan tartil.
Untuk melancarkan hafalan, santri diwajibkan mengikuti kegiatan tahunan. Yaitu menjadi imam shalat tarawih dengan maqra 30 juz di berbagai masjid. Baik masjid di desa sekitar maupun masjid pondok yang menjalin kerja sama. Ini juga mengasah mental para santri calon hafidz.
Proses menghafal dengan durasi yang cepat, menjadikan santri sering dihinggapi rasa jenuh. Bahkan bosan, malas, mengantuk dan keinginan untuk berhenti mengikuti program, seolah menjadi “makanan keseharian” santri. Termasuk ada yang sakit dan harus pulang selama satu bulan untuk penyembuhan.
Berbagai tantangan itu ternyata dialami oleh hampir semua santri. Namun itu diantisipasidengan pola asuh kiaidan para ustadz yang penuh perhatian dan cara komunikasi yang baik. Sehingga, kesulitan tersebut dapat segera diatasi. Santri akhirnya menjadi kembali kepada tujuan awal mereka untuk menjadi seorang hamilil Quran lafdhan wa ma’nan wa amalan.
Ada ungkapan yang menjadi motto di pondok ini.Yaitu Allahumma pekso. Ini didasari karena menghafal Al-Qur’an bukan masalah bakat atau tidak. Tapi siapa yang mau dialah yang bisa. Para santri sangat terkesan dengan dawuh sang pengasuh ini. Semua berawal dari beban dan paksaan hingga akhirnya menjadi cinta.
Buku ini cukup menarik untuk dibaca. Dengan bermacam latar belakang mereka sebelum menghafal Al-Qur’an, isi buku ini makin berwarna. Sebut saja Karyn Shabrina Lym, santri dari Singapura dengan julukan Queen of Mobile Legend. Awalnya dia seorang pecandu game online mobil legend. Akhirnya membulatkan tekad untuk hijrah menghafal Al-Qur’an, karena ingin membanggakan kedua orang tuanya.
Cerita menarik lainnya dari Ainaul Rizki. Dia seorang bidan lulusan D-3 Poltekes Kemenkes Semarang, yang memutuskan untuk mengambil program tahfidz sebelum melanjutkan ke jenjang S-1 kebidanan.
Kisah menarik berikutnya datang dari seorang santri yang dalam proses menghafal Al-Qur’an dinyatakan lolos tes PNS. Dia adalah Ema Yusrina Fahmidah.Seorang gadis desa lulusan S-1 dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Kedua orang tuanya menginginkan agar dia melanjutkan ke S-2.Tapi dia ingin “menebus dosa” saat kuliah yang tidak bisa fokus untuk menghafal Al-Qur’an.
Masih banyak kisah inspiratif lainnya yang dapat membuka mata dan menggugah keinginan para pembaca untuk dapat mengikuti jejak mereka. Kisah para assabiqunal awwalun ini membawa spirit kepada para pembaca. Salah satunya bahwa proses tidak akan mengkhianati hasil. Yakin, usaha, sabar, doa, tawakkal dan ikhlas adalah hal yang harus ada pada seorang yang memiliki impian menjadi seorang hafidz.
Peresensi adalah Halimatus Sa’adah, dosen Universitas Darul Ulum dan guru SMKN 2 Jombang. Alamat: Kantor SMKN 2 Jombang, Jalan Bupati RAA Soeroadiningrat No. 6 Jombang 61411. E-mail: imahalima39@gmail.com.
Identitas Buku
Judul : Hafal Al-Quran Semudah dan Secepat Ngopi (Kisah Inspiratif
Assabiqunal Awwalun PP Hamalatul Qur'an)
Pengarang : M. Fuad Hasyim, M. Faiq Faizin dkk
Penerbit : Imtiyaz, Surabaya
Cetakan : I, April 2019
Tebal : xxii+247 hlm
ISBN : 978-602-5779-16-9
Keberadaan Pondok Pesantren Hamalatul Quran (PPHQ) menyita perhatian banyak pihak. Tidak hanya di kalangan umat Islam di Jombang, namun juga se-JawaTimur. Bahkan mungkin se-Indonesia.
PPHQ berlokasi di Desa Jarak Kulon, Kecamatan Jogoroto, Jombang, Jawa Timur. Pondok khusus tahfidz ini didirikan oleh KH Ainul Yaqin. Kiai yang akrab disapa Mbah Yaqin tersebut adalah alumni Madrasatul Qur’an Tebuireng. Dari segi sanad keilmuan, termasuk dalam bidang tahfidz, MbahYaqin memiliki garis yang jelas.
Latar belakang para santri calon hafidz di pesantren ini bervariasi. Mulai siswa SLTA, SLTP, bidan, PNS, sarjana hingga guru. Meski baru berdiri tujuh tahun, sekarang PPHQ memiliki sedikitnya dua ribu santri. Itu belum termasuk yang mukim di beberapa PPHQ cabang.
Ketertarikan banyak orang membincang PPHQ lebih disebabkan metode yang digunakan. Biasanya proses menghapal Al-Qur’an membutuhkan waktu sekitar dua tahun. Di PPHQ, hanya dalam waktu enam bulan. Bahkan kebanyakan hanya dalam waku empat bulan. Subhanallah.
Metode akselerasi yang “kurang umum” ini menarik banyak kalangan. Tidak heran jika santrinya banyak yang dari luar Jawa. Bahkan ada yang dari Singapura. Mulai tahun 2018 kemarin, PPHQ membuka cabang di Ringin Agung Kepung, Kediri. Unit ini khusus untuk santri putri. Pengasuhnya adalah Ustadz Faiq Faizin, lulusan angkatan pertama PPHQ Jombang.
Buku Hafal Al-Qur’an Semudah dan Secepat Ngopi ini menjawab banyak pertanyaan dan penasaran khalayak tentang program tahfidz versi PPHQ. Buku ini ditulis oleh 67 santri berisi kisah dan pengalaman mereka selama menghafal Al-Qur’an di PPHQ. Ini adalah kumpulan tulisan dari para santri generasi awal atau dikenal dengan sebutan assabiqunal awwalun.
Kisah yang ditampilkan bukan sebuah skenario yang dibuat agar menarik untuk dibaca. Akan tetapi, itu semua adalah hasil pengalaman pribadi mereka yang berkesan untuk dapat diceritakan kepada khalayak lewat tulisan. Tentu saja tulisan mereka menggunakan gaya bahasa masing-masing yang khas sebagai seorang santri.
Banyak kisah mereka yang mengharu biru dan inspiratif dalam proses menjadi hafidz dan hafidzah di PPHQ. Kunci sukses tahfidz di PPHQ terletak pada program kegiatan akselerasi yang tidak biasa. Mulai kegiatan ziyadah, murajaah, shalat tahajjud dan shalat dhuha dengan maqra setengah juz, setoran bin nadhar, bil ghaib, dzikrul Quran satu juz hingga fammy bisyauqin. Kegiatan terakhir ini semacam muraqabah untuk membaca lima juz sekali duduk dengan tartil.
Untuk melancarkan hafalan, santri diwajibkan mengikuti kegiatan tahunan. Yaitu menjadi imam shalat tarawih dengan maqra 30 juz di berbagai masjid. Baik masjid di desa sekitar maupun masjid pondok yang menjalin kerja sama. Ini juga mengasah mental para santri calon hafidz.
Proses menghafal dengan durasi yang cepat, menjadikan santri sering dihinggapi rasa jenuh. Bahkan bosan, malas, mengantuk dan keinginan untuk berhenti mengikuti program, seolah menjadi “makanan keseharian” santri. Termasuk ada yang sakit dan harus pulang selama satu bulan untuk penyembuhan.
Berbagai tantangan itu ternyata dialami oleh hampir semua santri. Namun itu diantisipasidengan pola asuh kiaidan para ustadz yang penuh perhatian dan cara komunikasi yang baik. Sehingga, kesulitan tersebut dapat segera diatasi. Santri akhirnya menjadi kembali kepada tujuan awal mereka untuk menjadi seorang hamilil Quran lafdhan wa ma’nan wa amalan.
Ada ungkapan yang menjadi motto di pondok ini.Yaitu Allahumma pekso. Ini didasari karena menghafal Al-Qur’an bukan masalah bakat atau tidak. Tapi siapa yang mau dialah yang bisa. Para santri sangat terkesan dengan dawuh sang pengasuh ini. Semua berawal dari beban dan paksaan hingga akhirnya menjadi cinta.
Buku ini cukup menarik untuk dibaca. Dengan bermacam latar belakang mereka sebelum menghafal Al-Qur’an, isi buku ini makin berwarna. Sebut saja Karyn Shabrina Lym, santri dari Singapura dengan julukan Queen of Mobile Legend. Awalnya dia seorang pecandu game online mobil legend. Akhirnya membulatkan tekad untuk hijrah menghafal Al-Qur’an, karena ingin membanggakan kedua orang tuanya.
Cerita menarik lainnya dari Ainaul Rizki. Dia seorang bidan lulusan D-3 Poltekes Kemenkes Semarang, yang memutuskan untuk mengambil program tahfidz sebelum melanjutkan ke jenjang S-1 kebidanan.
Kisah menarik berikutnya datang dari seorang santri yang dalam proses menghafal Al-Qur’an dinyatakan lolos tes PNS. Dia adalah Ema Yusrina Fahmidah.Seorang gadis desa lulusan S-1 dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Kedua orang tuanya menginginkan agar dia melanjutkan ke S-2.Tapi dia ingin “menebus dosa” saat kuliah yang tidak bisa fokus untuk menghafal Al-Qur’an.
Masih banyak kisah inspiratif lainnya yang dapat membuka mata dan menggugah keinginan para pembaca untuk dapat mengikuti jejak mereka. Kisah para assabiqunal awwalun ini membawa spirit kepada para pembaca. Salah satunya bahwa proses tidak akan mengkhianati hasil. Yakin, usaha, sabar, doa, tawakkal dan ikhlas adalah hal yang harus ada pada seorang yang memiliki impian menjadi seorang hafidz.
Peresensi adalah Halimatus Sa’adah, dosen Universitas Darul Ulum dan guru SMKN 2 Jombang. Alamat: Kantor SMKN 2 Jombang, Jalan Bupati RAA Soeroadiningrat No. 6 Jombang 61411. E-mail: imahalima39@gmail.com.
Identitas Buku
Judul : Hafal Al-Quran Semudah dan Secepat Ngopi (Kisah Inspiratif
Assabiqunal Awwalun PP Hamalatul Qur'an)
Pengarang : M. Fuad Hasyim, M. Faiq Faizin dkk
Penerbit : Imtiyaz, Surabaya
Cetakan : I, April 2019
Tebal : xxii+247 hlm
ISBN : 978-602-5779-16-9
Tidak ada komentar
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.